Tulisan lama : orang miskin dilarang kuliah

Tulisan lama : orang miskin dilarang kuliah

Waktu iseng mainan google dengan kata kunci [bahtiar], muncul tulisan lama yang selalu berulang terjadi di tahun berikutnya ….

Sumber link = http://www.eramoslem.com/br/as/38/7412,1,v.html

Surat Terbuka untuk Rektor UGM

Publikasi: 15/08/2003 08:39 WIB

Satu lagi terobosan baru UGM, setelah sukses lewat program UM-UGM yang menghasikan dana sumbangan yang tidak sedikit, inilah inspirasi yang menjadi ironi tersendiri bagi kehidupan orang tua/wali mahasiswa baru UGM khususnya. Jalur SPMB yang semula diperkirakan bebas biaya sumbangan pada kenyataan dibebani biaya sumbangan terselubung yang berjudul SPMA.

Kejadian yang diluar dugaan ini saya alami ketika mengantarkan adik tetangga saya Heregistrasi di Graha Sabha Pramana UGM tanggal 11 Agustus 2003 lalu. Semua calon mahasiswa baru diminta untuk antri di loket pertama untuk mengambil surat panggilan. Tapi kemudian saya kaget bukan kepalang ketika membaca 3 lembar isi surat panggilan tersebut yang ternyata:

Surat panggilan yang menyatakan bahwa mahasiswa yang bersangkutan diterima di fakultas tertentu dan harus sanggup membayar dana sejumlah tertentu. Dua lembar surat pernyataan yang harus ditempeli materei Rp 6000,- yang menyatakan bahwa mahasiswa yang bersangkutan harus membayar SPMA sejumlah tertentu yang diangsur 3 kali (sama sekali tidak ditentukan jumlahnya berapa).

Yang menjadi sumber keheranan saya adalah pada surat pemberitahuan yang ditulis di surat kabar sewaktu pengumuman SPMB, SPMA hanya dibayar sebatas kemampuan dan tidak ditentukan jumlahnya berapa. Tetapi ketika antrian di loket 2 (tempat pembayaran registrasi) banyak masalah terjadi. Saya menyarankan adik tetangga saya untuk mengisi uang SPMA sejumlah RP 500.000,- karena saya pikir jumlahnya sukarela sebab sebelumnya pun tidak ada pemberitahuan resmi mengenai jumlahnya, sehingga kami tidak ada persiapan uang lebih tetapi kemudian surat beserta berkas-berkas dikembalikan dan kami dipersilakan untuk menunggu antrian di loket khusus.

Saya bingung kemudian saya bertanya ke bagian informasi dan mereka menjelaskan bahwa jumlah SPMA minimal Rp 5 juta. Saya bertanya kembali mengapa tidak diberitahukan jumlahnya sebelum ini kemudian mereka menjawab dengan nada sinis “Disuruh bayar 5 juta aja pake susah-susah, udah lah mas itung-itung buat slametan, diterima disini khan udah untung!” Saya hanya dapat mengelus dada. Kemudian saya mendapatkan informasi baru dari rekan saya bahwa mahasiswa baru yang diterima di fakultas favorit (Kedokteran, Ekonomi) jumlah SPMA harus lebih tinggi dari Rp 5 juta. Dan dibayarkan saat itu juga baik kontan maupun diangsur.

Rasa dongkol saya bertambah ketika adik tetanga saya selesai menghadap di loket khusus. Mereka seperti yang dijelaskan adik tetangga saya, tidak mau menerima alasan apapun, yang mereka lihat hanya daftar gaji orang tua dan tanggungan, bila penghasilan di atas 1 juta SPMA wajib dibayar di atas/minimal 5 juta. Apa boleh dikata, karena uang yang kami bawa dalam jumlah yang pas akhirnya kami memutuskan untuk pulang dan memikirkannya kembali di rumah.

Terlampau banyak kebingungan dan rasa tertipu di benak saya pada waktu itu. Tapi rasa kagum saya terhadap institusi yang bernama UGM ini demikian besar, betapa tidak UGM ini memiliki cara unik tersendiri untuk mengelabuhi masyarakat dengan label visi kerakyatannya, dengan tidak menuliskan jumlah nominal SPMA di surat pemberitahuan pada surat kabar sehingga tidak menarik perhatian public, dan menarik pecahnya kontroversi. UGM bersembunyi dibalik ke-ndesoan-nya sehingga menimbulkan kesan bahwa pendidikan di UGM pasca UM pasti tidak akan mahal.

Namun pada kenyataannya UM dan SPMB hanyalah kedok belaka sebagai sarana untuk mengeruk uang dalam jumlah yang tidak sedikit. Pada dasarnya 2 program ini sama: MEMINTA UANG SUMBANGAN YANG BESAR. Program UM hanya program untuk mengalihkan perhatian masyarakat belaka. Di samping itu jumlah yang demikian besarnya tersebut terkesan tidak transparan dan terinci serta tidak diberitahukan untuk dialokasikan kemana saja. Ditambah dengan tidak ramahnya pelayanan dan menomorsatukan uang UGM terkesan mata duitan dan matrek abis!.

Saya menghimbau bila UGM tetap pada prinsipnya untuk menarik uang SPMA pada masyarakat mestinya UGM harus bisa secara tegas dan terus terang mengungkapkan nominalnya, bukan seperti sekarang yang ternyata cuma jago kandang. Berani menarik uang SPMA setelah berada di gedung GSP (Graha Sabha Pramana) dan yang bersangkutan memiliki identitas sebagai mahasiswa UGM dan seakan-akan disertai ancaman bila tidak bayar haknya sebagai mahasiswa dicabut. Saya menarik kesimpulan UGM tidak memiliki nyali yang besar untuk itu. UGM tidak lebih merupakan insitusi pendidikan yang profit oriented, tetapi pengecut.

Namun dengan tidak mengurangi rasa hormat saya, terhadap institusi yang memiliki sampatisan terbanyak ini, saya menyampaikan rasa kekaguman saya yang luar biasa atas ide cemerlang mengenai UM UGM dan SPMA terselubung ini.

Terima kasih.

Identitas Pengirim :

Nama : BAHTIAR RIFAI
Alumni UGM : No. 11.03.05.107503
Alamat : Jl. Kartini no. 1-B Sagan Jogjakarta 55223
Telp. : 0274-547771
Email : bahtiar_rifai@yahoo.com,bahtiar_rifai@hotmail.com
Web Site : http://www.bahtiar.tk/

Wassalaamu’alaikum wr. wb.

Sumber link = http://www.eramoslem.com/br/as/38/7412,1,v.html

Komentar

Anonim mengatakan…
He that believeth on the Son hath everlasting life: and he that believeth not the Son shall not see life; but the wrath of God abideth on him.
Eddy Fahmi mengatakan…
selain dilarang kuliah, orang miskin juga dilarang sakit. karena biaya berobat mahal.
Dewi mengatakan…
intinya...orang ini loe ya?
Anonim mengatakan…
hi bang bahtiar
saya isaac
boleh kita bdiskusi / ngobrol2 tentang pendidikan di ind?

terimakasih

email saya

adpjv1@yahoo.com

Postingan populer dari blog ini

MUKTAMAR BLOGGER 2013 : KUMPUL MENDINGINKAN PIKIRAN

Mesin Cuci EWF-10751 Electrolux